Syaibah dan Abdullah? Siapa mereka? Adakah yang terjadi diantara mereka? Pertanyaan yang tersingkap didalam pikiran ketika mendengar nama mereka. Syaibah dan Abdullah, mereka adalah dua orang laki-laki yang terikat sangat kuat dalam suatu ikatan nasab yang dinisbatkan kepada Hasyim bin Abdu Manaf. Abdullah, dia adalah salah satu putra laki-laki dari Syaibah. Anak laki-laki yang dijadikan nadzar oleh ayahnya ini merupakan anak yang paling tampan dan paling disayangi diantara anak-anak yang lainnya. Abdullah adalah nadzar Syaibah ketika terjadi permasalahan ketika proses penggalian sumur zam-zam. Kisahnya, setelah Syaibah memperoleh petunjuk melalui mimpi ia mulai menggali dan menemukan didalamnya benda-benda terpendam yang dulu di kubir oleh Bani Jurhum ketika mereka keluar meninggalkan Makkah. Benda-benda yang ditemukan Syaibah berupa pedang-pedang, tameng-tameng besi (baju besi) dan dua pangkal pelana yang terbuat dari emas. Syaibah menggunakan pedang-pedang tersebut untuk membuat pintu Ka'bah, sedangkan dua pangkal pelana emas tersebut ditempa menjadi lempengan-lempengan emas dan ditempelkan di pintu tersebut.
Pada saat proses penggalian sudah mulai menemukan hasil yaitu ketika sumur zam-zam, orang-orang Quraisy mempermasalahkannya. Mereka bertanya kepada Syaibah, "Izinkan kami bergabung!" Syaibah menjawab, "Aku tidak akan melakukannya sebab ini merupakans sesuatu yang khusus diberikan kepadaku." Mereka tidak tinggal diam begitu saja tetapi menggelar permasalahnnya ke sidang pengadilan yang dipimpin oleh seorang dukun wanita dari Bani Sa.ad, yang berada di pinggiran negeri Syam. Namun dalam perjalanan mereka ke sana, mereka kehabisan bekal air, dengan kekuasaan-Nya diturunkanlah hujan kepada Syaibah sementara tidak setetespun untuk mereka. Kejadian ini membuat mereka menyadari bahwa penggalian sumur zam-zam telah dikhususkan untuk Syaibah dan mereka memutuskan untuk kembali pulang. Pada saat itulah Syaibah bernadzar jika Allah mengaruniakan keapdanya sepuluh orang anak laki-laki dan mereka semua sudah mencapai usia baligh, ia akan menyembelih salah satu diantara mereka disisi Ka'bah.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun, hingga Syaibah telah dikaruniai sepuluh orang anak laki-laki dan ia teringat akan nadzarnya. Kemudian ia menceritakan nadzarnya kepada semua anaknya dan mereka mau menaatinya. Syaibah menulis nama-nama mereka di anak panah yang diundikan, kemudian undian tersebut dimualai dan keluarlah anak panah dengan nama Abdullah. Atas undian itu Syaibah membimbing Abdullah sembari membawa pedang dan pergi menuju ke Ka'bah untuk segera menyembelihnya. Namun orang-orang Quraisy dan Abu Thalib mencegahnya. Syaibah berkata "Lantas, apa yang harus aku perbuat dengan nadzarku?" Mereka menyarankan agar Syaibah menemui tukang ramal wanita dan meminta petunjuknya. Si peramal wanita ini memerintahkannya untuk mengundi antara anak panah bertuliskan nama Abdullah dan anak panah bertuliskan sepuluh ekor unta, jika pada saat mengundi yang keluar adalah nama Abdullah maka Syaibah harus menambah tebusan sepuluh ekor unta tebusan lagi, begitu seterusnya hingga Rabb-nya ridha. Dan jika yang keluar nama unta maka cukuplah unta itu sebagai kurban.
Syaibah kembali pulang kerumahnya dan melakukan undian dan keluarlah nama Abdullah hingga untu berjumlah seratus ekor, barulah keluar nama unta. Kemudian ia menyembelihnya dan meninggalkannya begitu saja. Ia tidak melarang siapapun yang menginginkannya baik manusia ataupun binatang buas. Diriwayatkan dari Nabi Muhammad bahwasannya beliau bersabda "Akulah anak (cucu) dari dua orang yang dipersembahkan sebagai sembelihan/kurban." Yaitu Nabi Ismail dan ayahnya Abdullah.
(Sumber: Tarikh at Thabari)
Komentar
Posting Komentar